Ya,, tahun 2013 akan segera datang, kami
(warga kantor diberi hari libur sebanyak empat hari). Rencananya dulu aku ingin
pulang ke rumah lampung, tapi setelah dipikir ulang, rencana tinggallah
rencana, (ibuku yang awalnya mau keisni ternyata tak jadi datang, akan datang
bulan depan) oke.. itu tidak masalah, jadi empat hari libur aku habiskan dengan
berkumpul dirumah saudaraku.. di
cibinong, cimanggis, depok.
Yang kebetulan si Mb Ik (adik ibuku dan kedua
anaknya datang berlibur), dan menenangkan diri. Lau tau kita belajar, dan
hidayah, bida datang dari mana saja dan selama empat hari ini ku belajar banyak
dari mb iik.
Ada dua alasan mengapa mb ik datang ke
Jakarta, yaitu pertama untuk menenangkan diri dan yang kedua adalah untuk
berlibur.
Menenanngkan diri, ya.. agak aneh memang
mengindikasikan adanya suatu ketidaktenangan selama ini. Benar sekali.
Mb Ik, adalah seorang wanita yang berani
berjuang apapun itu, tak pernah menyerah sekali saja, setiap harinya ia
berjualan di sekolahan SD apa saja yang bisa ia jual. Es kul kul, nasi goreng,
mi goreng, ciki-ciki, permen dan lain sebagainya. UANG, jangan tanya tentang
itu, uangnya banyak sekali, lebih banyak dari gajiku yang tiap bulan aku
dapatkan, dengan tabungannya ia bisa mengajak anaknya berlibur, dengan tabungannya
ia bisa memberikan sebagian kecilnya kepada nenek-nenek yang entah tak ada
kerabat atau apa, dengan tabungannya ia bisa membeli sapi, dengan tabungannya
juga ia bisa menghidupi dan membersarkan anak-anak yang disajikan pada menu
tiap harinya, dengan tabungannya juga ia bisa membayari cicilan apapun yang
mereka terlibat kredit seperti motor dan rumah, bahkan biaya SEKOLAH suaminya.
Aku patut sekali malu dalam hal ini, bagaimana bisa seorang gadis dengan
penghasilan yang terbilang cukup saja, terkadang masih tak cukup membiayai
dirinya sendiri, masih meminta dan jangankan tabungan, sedekah saja aku masih
perlu menghitung. Maluuu sekali..
Mb Ik bukanlah lulusan sarjana, hanya saja
SMK tapii kalau kau berikan kesempatan padanya, dia mampu hidup dan tak
menggantungkannya kepada orang lain. Katanya: “Cobalah, kerjakan pekerjaan yang
dihadapanmu dengan sempurna, jadikan sebagai bekal pemantasan untuk pekerjaan
selanjutnya, bukan pekerjaan yang belum nyata”. “Pekerjaan yang di kerjakan
dengan ikhlas akan kelihatan hasilnya”. “Saya akan berpasrah menerima seberapa
banyak rezeki yang Allah tetapkan untukku tapi setelah aku berusaha, jika
belum! Aku takkan menerimanya”. “Jangan iri dengan orang sukses, mereka panas
mendapatkannya dengan usahnaya”. Tentang ainun habibie- “Jadi Ainun, akupun
bisa, asalkan sudah terpenuhi semua kebutuhan, tapi dia (suaminya) sama sekali
tidak tidak memperhatikan kami”.
Baiklah, sekarang akan kulanjutkan ceritanya,
hal ini bukanlah mengenai aib yang terpaksa dipublish kke public, tapi silahkan
saja melihat pelajaran dan teguran apa yang bisa diambil dari cerita ini.
Suaminya, awalnya seorang guru honorer yang tergolong sabar dengan
penghasilan yang logikanya belum bisa menutupi semua kebutuhan. Jika di plotkan
maka penghasilannya hanya bisa menutupi cicilan motor 50% dan biaya sekolah
anak pertamanya 50%. Sudah, habislah.. Mb Ik, seornag yang pekerja keras itu
merekomendasikan sang suami untuk mencari tambahan lain seusai bekerja. Apa
saja, kecil pun tak apa, karena apa? Bukan hanya materinya, tapi waktu,, yang
dihabiskan oleh suaminya untuk mengajar masih tersisa banyak sekali. Sejak
zuhur, waktu sudah tersisa, apa salahnya kita berusaha yang lainnya.
Tinggal di sebuah kontrakan amat sederhana
tanpa membayar, di sebelah sekolah keswasta di lampung, Mb ik dan keluarga
hidup baik-baik saja, sederhana namun bahagia. Kalian tau? Mb Ik dengan
semangatnya, dan keterbatasannya rela mendorong suaminya agar menjadi lebih
baik. Setiap pagi dan sore dia membantu membersihkan Toilet, ya.. toilet
sekolah. Untuk apa? Untuk biasa sekolah suaminya, menjadikannya Sarjana dan
mengharapkan derajat kehidupan yang lebih baik lagi. Dia ikhlas melakukannya.
Satu hal yang berubah selama itu, sikap suami
perlahan berubah. Betapa sakitnya aku mendengar cerita sang suami yang
mengatakan “mi, hati-hati lo, aku ini
ada yang maul oh, sama pns”, apa mb Ik marah? Dia hanya mengatakan “bi, kau
makan garam, sudah kubantu pula memakannya, sekolahmu juga sudah kubantu dengan
membersihkan WC). Suaminya pak M, setelah subuh, dia tidur lagi sampai jam ½ 7
dimana jam 7 dia harus pergi mengajar dan sarapan sebelumnya. Setelah mengajar,
dia pulang jam 10. Dia tidur lagi, sampai zuhur, dan makan siang, tidur lagi,
bangun lagi dengan rutinitas yang sama, dan semua waktu kosong ia isi dengan
santainya, dengan tidur, dengan hidup tanpa beban dengan rasa bahwa semua akan
mencukupi kebutuhannya, sedangkan Mb Ik? Membungkus nasi goreng, mi goreng, es
kulku.. semuanya dia lakukan sendiri, mungkin juga dibantu anaknya,,
Begitulah samapai ia bisa menabung banyak
uang, bisa membeli sapid an bisa membeli perhiasan apa saja yag ia inginkan dan
ia harapkan. Kau tau.. istri seperti ini, bahkan aku saja belum tentu bisa, tak
semua orang bisa menerimanya, dia.. adalah istri yang bisa diandalkan, Ya
Rabb.. bantulah ia, Mb Ik,, menuju suatu kehidupan yang pantas dan mudah,
karena kerja kerasnya membuka jalan itu sudahlah pantas.. aamiin..
Suaminya hanya bangun tidur, tidur lagi dan
seterusnya.. sampai akhirnya rumah sederhana itu, akan digusur karena adanya
pembangunan sekolah, dan akhirnya sang suami yang memiliki gengsi tinggi ingin
mendirikan rumah dikampung halamannya. Menjual sapi istrinya, menggunakan
perhiasan istrinya dan juga hutang kepada bank dengan menjaminkan tanah milik
kakak nya, dan juga berhutang ini dan itu.
Dengan mimpi yang besar, rumah besar dan
harapan besar, pak M laksanakan semua itu. Mb ik ikhlas, tapi yang disayangkan
adalah sikan pak M yang tidak berubah. Dengan cita-cita yang lebih besar, sudah
seharusnya kita menumbuhkan sikap yang lebih besar, menjauhakan diri dari sikap
malas yang selama ini kita lakukan, jika kita emang ingin lebih baik lagi. Tapi
tidak dengan pak M, dengan jadwal senin hingga kamis ia mengajar dan tidur,
hari jumat ia pulang ke kampung untuk melihat pembangunan rumahnya. Ia cinta
sekali dengan rumahnya.
Pada suatu titik, Rumah sudah jadi, keluarga
yang sebelumnya sudah lebih awal pindah ke kampung itu, ia memutuskan keluar
dari sekolah tempat ia bekerja, tidak ada langkah besar di sana, hanya dia meutuskan
keluar, pulang kerumah, dan seperti biasa, dia tiduuur saja..tak ada
penghasilan. Sekali lagi Mb Ik masih bekerja, masih berusaha berdagang,
mengayuh sepeda, berjualan dibelakang kandang, berkeliling dan sebagainyaa..
apa saja ia lakukan untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk itu, sedang sang
suami hanya tidur bekerja didalam mimpi dan mengharapakan hutang-hutang itu
terhapus dengan sendirinya. Hal ini bejalan lamaa…
Mb ik,, tak sabar lagi dengan ini, ia dengan
tabungan yang ada, pergi kejakarta menghibur diri dan kedua anaknya. Pak M,
jangan ditanya, dia masih saja tidur, meski bank telah menagihnya atas
tunggakan 4 bulan, orang-orang datang dengan menagih hutangnya, sahabatnya
memeperingatinya dengan pembohong, kakaknya tak terjalin hubungan baik lagi
setelah sertifikat tanah itu sebentar lagi disita, dan istri yang tak lagi
mengandalkannya. HANYA TIDUR? Meski untuk membeli pulsa saja ia tidak bisa.
Kurangi waktu tidur kita, sejatinya tidur
adalah obat melepaskan lelah, dan kebanyakan tidur adalah usaha melepaskan
keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar