Januari 01, 2013

belajar dari mana saja


Ya,, tahun 2013 akan segera datang, kami (warga kantor diberi hari libur sebanyak empat hari). Rencananya dulu aku ingin pulang ke rumah lampung, tapi setelah dipikir ulang, rencana tinggallah rencana, (ibuku yang awalnya mau keisni ternyata tak jadi datang, akan datang bulan depan) oke.. itu tidak masalah, jadi empat hari libur aku habiskan dengan berkumpul dirumah saudaraku.. di  cibinong, cimanggis, depok.
Yang kebetulan si Mb Ik (adik ibuku dan kedua anaknya datang berlibur), dan menenangkan diri. Lau tau kita belajar, dan hidayah, bida datang dari mana saja dan selama empat hari ini ku belajar banyak dari mb iik.
Ada dua alasan mengapa mb ik datang ke Jakarta, yaitu pertama untuk menenangkan diri dan yang kedua adalah untuk berlibur.
Menenanngkan diri, ya.. agak aneh memang mengindikasikan adanya suatu ketidaktenangan selama ini. Benar sekali.
Mb Ik, adalah seorang wanita yang berani berjuang apapun itu, tak pernah menyerah sekali saja, setiap harinya ia berjualan di sekolahan SD apa saja yang bisa ia jual. Es kul kul, nasi goreng, mi goreng, ciki-ciki, permen dan lain sebagainya. UANG, jangan tanya tentang itu, uangnya banyak sekali, lebih banyak dari gajiku yang tiap bulan aku dapatkan, dengan tabungannya ia bisa mengajak anaknya berlibur, dengan tabungannya ia bisa memberikan sebagian kecilnya kepada nenek-nenek yang entah tak ada kerabat atau apa, dengan tabungannya ia bisa membeli sapi, dengan tabungannya juga ia bisa menghidupi dan membersarkan anak-anak yang disajikan pada menu tiap harinya, dengan tabungannya juga ia bisa membayari cicilan apapun yang mereka terlibat kredit seperti motor dan rumah, bahkan biaya SEKOLAH suaminya. Aku patut sekali malu dalam hal ini, bagaimana bisa seorang gadis dengan penghasilan yang terbilang cukup saja, terkadang masih tak cukup membiayai dirinya sendiri, masih meminta dan jangankan tabungan, sedekah saja aku masih perlu menghitung. Maluuu sekali..
Mb Ik bukanlah lulusan sarjana, hanya saja SMK tapii kalau kau berikan kesempatan padanya, dia mampu hidup dan tak menggantungkannya kepada orang lain. Katanya: “Cobalah, kerjakan pekerjaan yang dihadapanmu dengan sempurna, jadikan sebagai bekal pemantasan untuk pekerjaan selanjutnya, bukan pekerjaan yang belum nyata”. “Pekerjaan yang di kerjakan dengan ikhlas akan kelihatan hasilnya”. “Saya akan berpasrah menerima seberapa banyak rezeki yang Allah tetapkan untukku tapi setelah aku berusaha, jika belum! Aku takkan menerimanya”. “Jangan iri dengan orang sukses, mereka panas mendapatkannya dengan usahnaya”. Tentang ainun habibie- “Jadi Ainun, akupun bisa, asalkan sudah terpenuhi semua kebutuhan, tapi dia (suaminya) sama sekali tidak tidak memperhatikan kami”.
Baiklah, sekarang akan kulanjutkan ceritanya, hal ini bukanlah mengenai aib yang terpaksa dipublish kke public, tapi silahkan saja melihat pelajaran dan teguran apa yang bisa diambil dari cerita ini.
Suaminya, awalnya seorang  guru honorer yang tergolong sabar dengan penghasilan yang logikanya belum bisa menutupi semua kebutuhan. Jika di plotkan maka penghasilannya hanya bisa menutupi cicilan motor 50% dan biaya sekolah anak pertamanya 50%. Sudah, habislah.. Mb Ik, seornag yang pekerja keras itu merekomendasikan sang suami untuk mencari tambahan lain seusai bekerja. Apa saja, kecil pun tak apa, karena apa? Bukan hanya materinya, tapi waktu,, yang dihabiskan oleh suaminya untuk mengajar masih tersisa banyak sekali. Sejak zuhur, waktu sudah tersisa, apa salahnya kita berusaha yang lainnya.
Tinggal di sebuah kontrakan amat sederhana tanpa membayar, di sebelah sekolah keswasta di lampung, Mb ik dan keluarga hidup baik-baik saja, sederhana namun bahagia. Kalian tau? Mb Ik dengan semangatnya, dan keterbatasannya rela mendorong suaminya agar menjadi lebih baik. Setiap pagi dan sore dia membantu membersihkan Toilet, ya.. toilet sekolah. Untuk apa? Untuk biasa sekolah suaminya, menjadikannya Sarjana dan mengharapkan derajat kehidupan yang lebih baik lagi. Dia ikhlas melakukannya.
Satu hal yang berubah selama itu, sikap suami perlahan berubah. Betapa sakitnya aku mendengar cerita sang suami yang mengatakan “mi, hati-hati lo,  aku ini ada yang maul oh, sama pns”, apa mb Ik marah? Dia hanya mengatakan “bi, kau makan garam, sudah kubantu pula memakannya, sekolahmu juga sudah kubantu dengan membersihkan WC). Suaminya pak M, setelah subuh, dia tidur lagi sampai jam ½ 7 dimana jam 7 dia harus pergi mengajar dan sarapan sebelumnya. Setelah mengajar, dia pulang jam 10. Dia tidur lagi, sampai zuhur, dan makan siang, tidur lagi, bangun lagi dengan rutinitas yang sama, dan semua waktu kosong ia isi dengan santainya, dengan tidur, dengan hidup tanpa beban dengan rasa bahwa semua akan mencukupi kebutuhannya, sedangkan Mb Ik? Membungkus nasi goreng, mi goreng, es kulku.. semuanya dia lakukan sendiri, mungkin juga dibantu anaknya,,
Begitulah samapai ia bisa menabung banyak uang, bisa membeli sapid an bisa membeli perhiasan apa saja yag ia inginkan dan ia harapkan. Kau tau.. istri seperti ini, bahkan aku saja belum tentu bisa, tak semua orang bisa menerimanya, dia.. adalah istri yang bisa diandalkan, Ya Rabb.. bantulah ia, Mb Ik,, menuju suatu kehidupan yang pantas dan mudah, karena kerja kerasnya membuka jalan itu sudahlah pantas.. aamiin..
Suaminya hanya bangun tidur, tidur lagi dan seterusnya.. sampai akhirnya rumah sederhana itu, akan digusur karena adanya pembangunan sekolah, dan akhirnya sang suami yang memiliki gengsi tinggi ingin mendirikan rumah dikampung halamannya. Menjual sapi istrinya, menggunakan perhiasan istrinya dan juga hutang kepada bank dengan menjaminkan tanah milik kakak nya, dan juga berhutang ini dan itu.
Dengan mimpi yang besar, rumah besar dan harapan besar, pak M laksanakan semua itu. Mb ik ikhlas, tapi yang disayangkan adalah sikan pak M yang tidak berubah. Dengan cita-cita yang lebih besar, sudah seharusnya kita menumbuhkan sikap yang lebih besar, menjauhakan diri dari sikap malas yang selama ini kita lakukan, jika kita emang ingin lebih baik lagi. Tapi tidak dengan pak M, dengan jadwal senin hingga kamis ia mengajar dan tidur, hari jumat ia pulang ke kampung untuk melihat pembangunan rumahnya. Ia cinta sekali dengan rumahnya.
Pada suatu titik, Rumah sudah jadi, keluarga yang sebelumnya sudah lebih awal pindah ke kampung itu, ia memutuskan keluar dari sekolah tempat ia bekerja, tidak ada langkah besar di sana, hanya dia meutuskan keluar, pulang kerumah, dan seperti biasa, dia tiduuur saja..tak ada penghasilan. Sekali lagi Mb Ik masih bekerja, masih berusaha berdagang, mengayuh sepeda, berjualan dibelakang kandang, berkeliling dan sebagainyaa.. apa saja ia lakukan untuk membayar hutang-hutang yang menumpuk itu, sedang sang suami hanya tidur bekerja didalam mimpi dan mengharapakan hutang-hutang itu terhapus dengan sendirinya. Hal ini bejalan lamaa…
Mb ik,, tak sabar lagi dengan ini, ia dengan tabungan yang ada, pergi kejakarta menghibur diri dan kedua anaknya. Pak M, jangan ditanya, dia masih saja tidur, meski bank telah menagihnya atas tunggakan 4 bulan, orang-orang datang dengan menagih hutangnya, sahabatnya memeperingatinya dengan pembohong, kakaknya tak terjalin hubungan baik lagi setelah sertifikat tanah itu sebentar lagi disita, dan istri yang tak lagi mengandalkannya. HANYA TIDUR? Meski untuk membeli pulsa saja ia tidak bisa.

Kurangi waktu tidur kita, sejatinya tidur adalah obat melepaskan lelah, dan kebanyakan tidur adalah usaha melepaskan keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar