Januari 20, 2013

Belum ada Jawaban


Pertanyaan yang belum ada jawabannya?

Sabtu jam 8 atau jam 9 adalah waktu rutin yang sudah diagendakan permanen untuk apa? Untuk mempelajari ilmu abadi, untuk mendekatkan diri pada ilahi.
Biar aku beritahu sedikit, bahwa sesibuk apapun kita, sebahagia apapun kita, sesedih apapun kita, ada bagian parsial tugas dari hati yang harus kita lakukan, mendekatkan diri pada Alloh, mempelajari ilmuNya, ilmu tentang ketenangan hidup. Sesibuk apapun aku, dan seluang apapun waktuku aku tidak bisa hidup tanpa-Nya, tanpa mendekatkan diri pada-Nya. Aku tak bisa tenang bila dalam satu minggu (fase haid) aku tak sholat, itu yang terjadi.
Jadi setiap sabtu, aku sempatkan untuk ini, aku teramat ikhlas melaksanakannya, aku tak peduli meski pun tempat itu di masjid atau di garasi, aku tak terlalu peduli meski aku harus berjalan kaki, aku tetap berjalan meski siang atau pagi, aku tetap berangkat meski panas maupun mentari sedang sayup-sayup mengantarkan gerimis.
Itu rutin ku lakukan, tapi untuk minggu ini aku terlambat datang, akuu les bahasa inggris terlebih dahulu, dan jam 10 aku kesana, akuu muter-muter dulu di Pasar Minggu, tak tau arah naik angkotnya. 1 jam dijalan sampai akhirnya sampai di tempat liqo jam 11 dimana seharusnya dimulai jam 10. Tidak apa setidaknya aku datang.
Ketika materi sudah dibahas dan ada diskusi, aku ditanya oleh teman,
1.      Les Bahasa Inggris?
Mau lanjut S2 ya? Mau kuliah lagi? --à #aku hanya senyum saja
Ini ada beasiswa luar negeri loh di AusaID, dan lain-lain. Mereke manambahkan, dan aku dalam hatiku, iya ya Allah, ingin menjawab “Iya..! *dengan yakin* ingin sekali menjawab demikian. Itu cita-citaku dulu, ketika menginjakkan kaki di Jakarta. Ketika bahagia sekali ketika mengetahui jika menuju UI Depok hanya naik angkot sekali. Itu mimpiku yang masih didalam hati, tapi yang tersembunyi dan tak muncul di permukaan. Yang sengaja aku simpan untuk sementara ini, mengingat apa yang bapak bilang “Ikaa,, keluarga kita kan yaaa, biasa saja, Uangnya tidak untuk memikirkan ika, ada ocik, ada bapak, mamak, dan fauzy an dst………..” sungguh untuk saat ini, pertanyaan ini tak mampu aku jawab, dan tak mampu aku pertanyakan kepada siapapun.. Sekian

2.      Ketika menuju jalan pulang, aku berjalan bersama Bu Endang, ibu keren yang akan menjadi panutan aku dalam menjalani kehidupan rumah tangga ku kelak, Bu Endang yang aku tau, dia, adalah seorang ibu teladan yang memang dari awal memiliki kondisi ekonomi berkecukupan. Mengapa aku katakana demikian, karena dia memandangku sama sepertinya, padahal aku tak pernah menyamakannya. Dia salah. Perjalanan cukup jauh, dia bilang “Rika umurnya berapa? 19, 20?” | Aku: “Bukan, baru saja ultah 24”, “ Waah, udah saatnya menikah tu” katanya, “emang udah siap?” pertanyaan ini aku jawab saja dengan yakin “SIAP!! Sambil mengepalkan tangan” dan eh pertanyaan selanjutnya, “Emang udah siap, hamil, punya anak, jauh dari orang tua?, cari pembantu susah?”

Pertanyaan yang ini nih entah jawabannya apa, setelah aku fikir-fikir, iya juga ya.. emang aku udah siap? Jangan-jangan Alasan Allah kenapa aku belum dipertemukan dengan sang pujaan hati itu karena pada dasarnya aku belum siap ya? Lalu apa yang harus aku persiapkan ya.. apa saja tolong dijelaskan, aku ingin mempersiapkannya sesegera mungkin. Pertanyaan ini.. aku jawab dengan pertanyaan lagi.
Pembantu? Aku bahkan tak memikirkan itu, aku tak memikirkan sepanjang itu, pembantu? Aku bahkan merencakan untuk melakukan semuanya sendiri meski aku tak yakin bisa.

Sudah cukup, sepertinya satu hari ini pertanyaan-pertanyaan itu sudah membuatku berfikir panjang. Aku sudahi saja dengan tetap menggantungkan pertanyaan itu tanpa jawaban. Nanti aku kan tulis lagi ketika jawaban itu sudah ku temui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar