Juni 09, 2012

Pandai tak dengan hati

marah membuatku mengingat lagi kejadian, sejak awal ku menginjakkan kaki ini di kantor (the expected office). mulut ini hingga tak bisa berkata-kata lagi, kepala ini berfikir terus bagaimana bisa ini terjadi, mata ku memandang benci ketika teringat hal ini semua. bahkan tidurku pun menjadi buruk karena kehadiran mimpi yang sama sekali tidak kuharapkan. 
 
hati ini terasa sakit melebihi penolakan test di tempat kerja impian.
sakit hati ini dikala kesungguhanku, pengorbananku dan niat baikku sama sekali tidak diperhitungkan. 
perih sekali ketika mereka tak menunjukkan adanya kepdulian. benar,mereka sama sekali tidak peduli.
dan yang satunya tidak menyadari bahwa ini kesalahannya. bukan. bukan tidak menyadarinya tetapi dia sama  halnya tidak mempedulikannya.

Dia pandai tapi tak dengan hati, sehingga semua hanya dihitung untung dan rugi
Dia kaya tapi tak dengan hati, hingga ia tak lagi menghitung berapa yang seharusnya ia berikan.
Dia berkata tapi tak dengan hati, hingga kata-katanya hanya bisa menyakiti.
Dia amatlah sombong menurutku.

dia bertanya layaknya aku harus bertanggung jawab atas pekerjaan ini, seolah akulah yang berhutang padanya. tapi ia tak berfikir tentang tanggung jawabnya. merasakan bahwa tanggung jawabnya sudah lunas begitu saja dengan beberapa lembar rupiah itu. "PaK" please coba dihitung? coba diperhitungkan? coba diperhatikan? dan coba diberi penilaian? siapa yang salah dalam hal ini. tak lain jawabannya adalah "KAU".

coba tanyakan pada hatimu bila malam datang? tanyakan pada Rabb-mu kala kau bersujud,, karena ku tak bisa mengatakan apa-apa lagi. kau takkan mengerti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar