Desember 04, 2012

Selamat Menikmati Mendung #1

December, 10th 2012..

Disini, dibalik bilik kecil meja kantor yang dibatasi sekat-sekat.. menghadap persis ke jendela yang disana ku dapat melihat awa. ada kalanya mata ini bosan melihat tumpukan buku dan kertas, dan juga lapotop maupun handphone yang radiasinya terasa lebih kuat dari biasanya. Maka ku akan menatap awan diluar sana, bersama dengan tarikan nafas panjang dan melepaskannya. Begitu juga ku lakukan untuk semua baban yang tak mungkin lagi kukatakan. cukup menatapnya luas dan menguapkan beban iu. Beberapa detik saja, begitu menenangkan. Meski sesekali melintas sebuah pesawat yang kurasa ia kan menikmati perjalanan. 

Hari ini, jantung berdegup amat kencang, menanti jawaban dari sejuta harapan yang kugantungkan pada instansi yang kuanggap dapat membawaku berkembang. Dan nyatanya kali ini aku gagal lagi. Sedihnya kala itu cukup dengan dua titik air mata yang tak bisa kutahankan lagi. tidak kulanjutkan tangisnya sekarang,, TIDAK. karena aku sibuk memikirkan apa yang harus ku jelaskan kepada mereka yang sudah bahagia mendengar kelulusanku sebelumnya. Sehari.. aku memikirkannya.

Kekecewaanku entah pada apa, bahkan aku tak bisa menjawabnya,, dan mungkin sekali ini semua karena diriku sendiri. kekecewaanku juga pada janji dang KaCab yang katanya "saya luluskan saja kali ini dan persiapkan diri untuk tahap selanjutnya, dan bila lulus ketemu lagi dengan saya"..

Masih pada hari yang sama,, siang ini kami melakukan perjalanan besuk ke Rumah Sakit dimana manager kami mengalami sakit dan dilakukan operasi. Sepanjang perjalanan aku memilih duduk paling belakang dengan bermain menatap handphone yang sesungguhnya tak ada yang ingin ku lihat disana. Bermain game, membuka twitter dan lain sebagainya sambil sesekali mengusap airmata. Sama sekali tidak melihat keluar sana sebagaimana biasanya.. 

"Aku sedang tidak mencari jawaban diluar sana, aku merasa sudah diberikan ketetapan, dan aku hanya berusaha menerimanya.. kau HARUS menerima, kau mau apalagi?"
"Aku sungguh tak mampu bertanya lagi kenapa? kenapa? dan aku tak bisa menerimanya, beban itu keluar menjadi air mata"

Entah mereka yang lain membicarakan apa saja, yang jelas aku tetap menatap layar Hp dan main game saja. sambil berfikir untuk menghubungi orang tua. Tapi itu semua ku tangguhkan karena ku yakin bila itu ku lakukan sekarang maka air mata itu kan tumpah bagaikan Bah. Kutahankan bersikap seperti biasanya, tersenyum sebagaimana biasa. 

setelah siang ini acara menjenguk itu selesai, kami semua makan, makan,, dan terkesan siang ini kami semua, satu kantor merayakan, merayakan kegagalan yang baru saja aku dapatkan, kegagalan yang masih saja aku simpan pahitnya. Aaahh.. inilah kesalahanku yang merasa tidak bersyukur..



"Mendung kali ini pasti berarti hujan" aku meyakininya.. dan benar saja, masih duduk dibelakan dengan tujuan pulang, kali ini ku putuskan untuk melihat
 keluar,melihat awan dan juga hujan. sama seperti ketika aku berangkat tes dan menceritakan semuanya kepada awan, dan kali ini aku juga demikian, mengatakan perasaanku padanya, bukan kah ia menjadi saksi perjalannanku kemarin, bukankah juga ia yang menenangkanku di perjalanan panjang kemarin? lalu, apa yang aku lakukan sekarang, aku tak mengerti, aku tak memiliki tenaga lagi.

Menatap hujan, aku ingin juga merasakannya, keluar dan membasahi kepalaku agar aku dapat berfikir lagi, membasahi mataku agar ia tak terasa perih lagi, membasahi hatiku supaya ia tak perlu bersedih lagi, dan ingin hujan itu membasahiku supaya ku tau kesalahanku..

Ketidak berhasilanku kali ini sungguh seperti pedang yang menghunus tepat dijantungku dan tepat didepan mataku, tanpa ada perisai.


Hikmah:
"Tidak ada janji satu orang pun yang dapat kita harapkan, dan sesungguhnya janji Allah lah yang pasti adanya yang Maha Benar dan Maha Besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar